Al Khazin Ahli Matematika dan Astronomi Islam dan Cerita Singkatnya
Abu
Ja'far Muhammad bin Muhammad Al-Husayn Al-Khurasani Al Khazin atau lebih
dikenal dengan nama Al Khazin adalah seorang ahli matematika terkemuka di dunia
Islam yang lahir dari wilayah Marv, Khurasan, Iran. Tidak diketahui secara pasti tahun kelahiran tokoh ini. Akan tetapi, para
sejarawan memperkirakan Al-Khazin meninggal dunia antara 961 dan 971 Masehi.
Selain dikenal sebagai ahli matematika, semasa hidup ia juga seorang fisikawan
dan astronom yang disegani. Di dunia Barat, Al-Khazin dikenal sebagai Alkhazen. Ejaan dalam bahasa Eropa
menyebabkan ketidakjelasan identitas antara dia dan Hasan bin Ibnu Haitsam. Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab nama Al-Khazin sedikit tenggelam.
Al-Khazin merupakan ilmuwan zuhud. Dia menjalani hidup sederhana dalam hal
makanan, pakaian, dan sebagainya. Ia sering menolak hadiah para penguasa dan
pegawai kerajaan agar tidak terlena oleh kesenangan materi.
Matematika
Beberapa guru tenar menghiasi rekam jejak Al-Khazin saat masih menimba ilmu.
Salah satu gurunya bernama Abu Al-Fadh bin Al-Amid, seorang menteri pada masa
Buwayhi di Rayy. Al-Khazin menuangkan pemikirannya dalam sejumlah risalah
bidang matematika dan telah memperkaya khazanah keilmuan di dunia Islam.
Sebut saja, misalnya Kitab al-Masail al-Adadiyya yang di dalamnya tercantum karya Ibnu Majah, yaitu al-Fihrist edisi Kairo, Mesir. Karyanya yang paling terkenal adalah Matalib Juziyya mayl alMuyul al-Juziyya wa al-Matali fi al-Kuraal Mustakima. Seluruh kemampuan intelektualnya dia curahkan pada karya ini. Termasuk perhitungan rumus teorema sinus untuk segitiga. Seperti tercantum dalam buku al-Fihrist edisi Kairo, AlKhazin pernah memberikan komentar ilmiah terhadap buku Element yang ditulis ilmuwan Yunani, Euclides, termasuk bukti-bukti yang diuraikannya menyangkut kekurangan serta kelemahan pemikiran Euclides.
Kontribusi luar biasa Al-Khazin mencakup peragaan rumus untuk mengetahui permukaan segitiga sebagai fungsi sisisisinya. Ia mengambil metode penghitungan setiap sisi kerucut. Dengan itu, dirinya berhasil memecahkan bentuk persamaan x3 + a2b = cx2. Di ranah matematika, persamaan itu sangat terkenal.
Ini merupakan sebuah soal matematika rumit yang diajukan oleh Archimedes dalam bukunya The Sphere and the Cylinder. Sayangnya, seperti disebutkan pada buku Seri Ilmuwan Muslim Pengukir Sejarah, sekian banyak teks dan risalah ilmiah Al-Khazin tak banyak tersisa pada masa kini.
Hanya beberapa saja yang masih tersimpan, di antaranya komentarnya terhadap buku ke10 dari Nasr Mansur dalam Rasail Abi Nasr ila al-Biruni. Jejak keilmuan Al-Khazin juga dapat ditelusuri dalam lingkup astronomi. Dia mengukir prestasi gemilang melalui karyakaryanya. Salah satu yang berpengaruh adalah buku berjudul Zij as Safa'ih.
Al-Khazin mempersembahkan karya itu untuk salah satu gurunya, Ibnu Al Amid. Ia juga membahas tentang peralatan astronomi untuk mengukur ketebalan udara dan gas (sejenis aerometer). Saat nilai ketebalan bergantung pada suhu udara, alat ini merupakan langkah penting dalam mengukur suhu udara dan membuka jalan terciptanya termometer.
Manuskrip karya Al-Khazin tersebut tersimpan di Berlin, Jerman, namun hilang ketika berkecamuk Perang Dunia II. Oleh astronom terkemuka, Al-Qifti, karya itu dianggap sebagai subyek terbaik dan sangat menarik untuk dipelajari. Buku Zij as Safa'ih menuai banyak pujian dari para ilmuwan.
Sebut saja, misalnya Kitab al-Masail al-Adadiyya yang di dalamnya tercantum karya Ibnu Majah, yaitu al-Fihrist edisi Kairo, Mesir. Karyanya yang paling terkenal adalah Matalib Juziyya mayl alMuyul al-Juziyya wa al-Matali fi al-Kuraal Mustakima. Seluruh kemampuan intelektualnya dia curahkan pada karya ini. Termasuk perhitungan rumus teorema sinus untuk segitiga. Seperti tercantum dalam buku al-Fihrist edisi Kairo, AlKhazin pernah memberikan komentar ilmiah terhadap buku Element yang ditulis ilmuwan Yunani, Euclides, termasuk bukti-bukti yang diuraikannya menyangkut kekurangan serta kelemahan pemikiran Euclides.
Kontribusi luar biasa Al-Khazin mencakup peragaan rumus untuk mengetahui permukaan segitiga sebagai fungsi sisisisinya. Ia mengambil metode penghitungan setiap sisi kerucut. Dengan itu, dirinya berhasil memecahkan bentuk persamaan x3 + a2b = cx2. Di ranah matematika, persamaan itu sangat terkenal.
Ini merupakan sebuah soal matematika rumit yang diajukan oleh Archimedes dalam bukunya The Sphere and the Cylinder. Sayangnya, seperti disebutkan pada buku Seri Ilmuwan Muslim Pengukir Sejarah, sekian banyak teks dan risalah ilmiah Al-Khazin tak banyak tersisa pada masa kini.
Hanya beberapa saja yang masih tersimpan, di antaranya komentarnya terhadap buku ke10 dari Nasr Mansur dalam Rasail Abi Nasr ila al-Biruni. Jejak keilmuan Al-Khazin juga dapat ditelusuri dalam lingkup astronomi. Dia mengukir prestasi gemilang melalui karyakaryanya. Salah satu yang berpengaruh adalah buku berjudul Zij as Safa'ih.
Al-Khazin mempersembahkan karya itu untuk salah satu gurunya, Ibnu Al Amid. Ia juga membahas tentang peralatan astronomi untuk mengukur ketebalan udara dan gas (sejenis aerometer). Saat nilai ketebalan bergantung pada suhu udara, alat ini merupakan langkah penting dalam mengukur suhu udara dan membuka jalan terciptanya termometer.
Manuskrip karya Al-Khazin tersebut tersimpan di Berlin, Jerman, namun hilang ketika berkecamuk Perang Dunia II. Oleh astronom terkemuka, Al-Qifti, karya itu dianggap sebagai subyek terbaik dan sangat menarik untuk dipelajari. Buku Zij as Safa'ih menuai banyak pujian dari para ilmuwan.
Astronomi
Menurut Al-Biruni, beragam mekanisme teknis instrumen astronomi berhasil diurai
dan dijelaskan dengan baik oleh Al-Khazin. Tokoh ternama ini pun kagum atas
sikap kritis Al-Khazin saat mengomentari pemikiran Abu Ma'syar dalam hal yang
sama. Tokoh lain yang menyampaikan komentarnya adalah Abu Al-Jud Muhammad
Al-Layth.
Ia menyatakan, pendapat Al-Khazin mengenai cara menghitung rumus chord dari
sudut satu derajat. Dalam Zij disebutkan, soal itu bisa dihitung apabila chord
dibagi menjadi tiga sudut. Sementara itu, Abu
Nash Mansur memberikan koreksi atas sejumlah kekurangan yang terdapat pada
karya Al-Khazin itu.
Penetapan inklanasi ekliptika tak luput dari perhatian Al-Khazin. Persoalan
astronomi ini sudah mengemuka sejak zaman Archimedes.
Para ilmuwan Muslim seperti Al-Mahani,
meninggal pada 884 Masehi, yang pertama mengangkat kembali tema ini. Oleh
AlKhazin, hal itu kembali dipelajari dan dia berhasil menjabarkannya dengan
baik.
Menurut Al-Khazin, pembagian bola dengan sebuah bidang datar dalam satu rasio
ditentukan dengan menyelesaikan persamaan pangkat tiga. Demikian ilmuwan ini
menyelesaikan soal astronomi tadi yang segera mendapatkan pujian dari
astronom-astronom lainnya.
Terdapat beberapa aspek penting yang dikupas oleh Al-Khazin dalam buku astronomi
yang ia tulis. Dalam Zij, ia menunjukkan penetapan titik derajat tengah atau
cakrawala yang kemiringannya tidak diketahui sebelumnya. Ia juga mampu
menghitung sudut matahari melalui penentuan garis bujur.
Sumbangsih lain adalah menyangkut penentuan azimut atau ukuran sudut arah
kiblat dengan memakai peralatan tertentu. Al-Khazin berhasil mengenalkan metode
hitung segitiga sferis. Komentar-komentarnya cukup mendalam terhadap karya
astronomi lain, misalnya, ia pernah menulis sebuah komentar atas Almagest karya
Ptolemeus.
Subjek yang ia bahas adalah tentang sudut kemiringan ekliptik. Sebelumnya,
rumus itu dikenalkan Banu
Musa pada 868 Masehu di Baghdad, Irak. Ia juga mencermati hasil pengamatan
Al Mawarudzi, Ali bin Isa Al-Harrani, dan Sanad bin Ali. Hal ini terkait dengan
penentuan musim semi dan musim panas. Sementara itu, melalui tulisannya yang
berjudul Sirr al-Alamin, Al-Khazin mengembangkan lebih jauh gagasan-gagasan
dari Ptolemeus yang terdapat pada buku Planetary. Keahlian Al Khazin dalam menyajikan rumus dan metode perhitungan untuk
menguraikan soal-soal rumit begitu dikagumi dan dijadikan rujukan hingga
berabad-abad kemudian.
infonya sangat lengkap dan jelas sekali
ReplyDeleteberita suriah